Minggu, 14 Mei 2017

Sepi


SEPI

Setiap manusia adalah kekosongan, mereka saling mengisi satu sama lain. Sekalipun seseorang terlihat ceria dan berparas cerah dikala bersama. Tidak seorang pun tahu bagaimana dirinya saat sendiri, mengalami kesendirian. Diwaktu dia sendiri duduk didalam kamar, sendiri waktu menunggu bis yang tak kunjung datang, sendiri waktu malam hari yang sepi, sendiri waktu berada ditengah keramaian.

Setiap orang adalah kesepian menutupi kesepiannya dengan berjumpa teman dekat serta kerabat. Kesepian yang tidak bisa hilang dikala malam datang, dikala waktu sendiri datang. Selalu mencari cara untuk membunuh kesepian. Entah dengan bercanda atau bicara didunia maya.

Tulisan adalah kata-kata kesepian. Suara yang tidak keluar dan didengar siapapun. Berbicara dengan diri sendiri atau mungkin mendengarkan diri sendiri. Kesepian adalah keniscayaan. Ketika lahir pun seorang diri, mati pun seorang diri. Sama-sama hidup dialam yang gelap seorang diri.

Kesepian ketika orang-orang dekat pergi. Ketika waktu kebersamaan telah habis. Ketika matahari tenggelam setiap hari. Orang yang terbiasa dengan sepi akan jatuh cinta pada kesepian. Menyukai waktu-waktu yang tidak diganggu orang. Menyukai perasaannya yang menjadi sendu dan kesepian itupun menjadi candu.

Agak mengherankan memang ketika seseorang begitu menikmati kesepian. Laki-laki yang terlihat begitu gagahnya pun sejatinya adalah makhluk yang kesepian. Perempuan setegar apapun juga makhluk kesepian. Kesepian yang hidup didalam hatinya, kekosongan yang tidak kunjung terisi.

Aku bertanya pada orang yang berlalu lalang dengan apa mengisi kosong, dengan apa menutup sepi? Orang-orang pun menjawab dengan orang lain. Aku menjawab, Aku tidak suka orang lain masuk ke dalam hidupku. Mereka menjawab lagi, jika begitu jadikan dia tidak lagi sebagai orang lain dalam hidupmu

.

Selasa, 09 Mei 2017

Matahari kepada Bumi



MATAHARI KEPADA BUMI

Matahari tidak pernah meninggalkan bumi sekalipun bumi tidak mampu melihatnya. Entah oleh mendung gelap atau hujan lebat. Sekalipun bumi tidak bisa merasakan kehadirannya dimalam hari. Matahari titipkan cintanya kepada bulan. Memberi ruang kepada bumi agar bumi paham, bahwa ada atau tiadanya matahari, langit tetaplah menawan.

Matahari tidak pernah meninggalkan bumi, pada jarak yang sama bertahun-tahun. Matahari dan Bumi adalah dua hal yang memang berlainan. Terlalu dekat membuat keduanya akan saling meniadakan. Mungkin cukup seperti ini hubungan antara Matahari dan Bumi. Tidak untuk saling berdekatan namun dengan jarak yang cukup aman untuk saling mencintai.

Toh mencintai itu tidak selalu berarti harus berdekatan dan memiliki bukan? Tidak selalu berarti bahwa cinta itu harus bertemu dan bersatu. Cinta tanpa pertemuan? Bisa saja terjadi, seperti ketika saya mencintai orang dimasa depan yang bahkan belum pernah saya temui. Cinta yang diwujudkan dalam doa-doa dan perbaikan diri.

Matahari kepada Bumi pun demikian. Pada jaraknya yang aman, keduanya justru bersinergi. Cinta yang baik adalah cinta yang bisa membuat energi keduanya menjadi berlipat. Cinta yang meniadakan salah satu atau bahkan keduanya, itu bukan cinta. Sekalipun ia bilang katanya berkorban.

Cinta adalah ketika kamu merasa energi dan potensimu naik berlipat ganda ketika bersamanya. Dan cintamu membuat hal yang sama kepadanya, bukan justru meniadakannya. Atau jika kalian ternyata saling meniadakan meskipun kalian mencintai, lebih baik tidak perlu bersatu. Karena percayalah, bahwa segala sesuatu itu tidak selalu harus seperti yang kita inginkan dan pikirkan. Sekalipun kita memiliki rencana terbaik, percayalah bahwa rencana Allah jauh lebih baik.



Senin, 08 Mei 2017

Cerita Cinta Dalam Cita - Cita



CERITA CINTA DALAM CITA - CITA

Siapa yang tak ingin bila setiap mimpi dan harapannya didoakan agar terwujud dan terpenuhi, disuguhi kalimat-kalimat dorongan penuh semangat, hingga bahkan tawaran bantuan agar cita-cita itu tak hanya sekedar impian.

Tentu, tiada hati yang menolak dipayungi keteduhan dalam mengarungi masa-masa terik perjuangan, langkah kaki biar kecil biar tak menulu diajak berlari namun setidaknya mampu bertahan menjejaki petualang yang kadang seakan tak tampak dimana ujungnya, godaan untuk berhenti sama sekali, rayuan yang berbisik-bisik agar mengubah haluan seringkali datang sekehendaknya, saat kita tegar ia hanya serupa angin lalu yang bertiup sesekali.

Namun dalam masa-masa kritis tiba-tiba hadirnya begitu sulit diabaikan, mendadak ia menjadi penting, mengganggu bangunan mimpi yang telah lama kita rancang sebelumnya.

Tapi selalu saja ada nilai di balik itu, bukan tujuan yang semata-mata berharga, melainkan juga perjuangannya, tebing yang terjal membuat lengan kita jauh lebih kuat. Melainkan sepasang mata yang cerdik dalam memilih pegangan, serta langkah yang penuh kehati-hatian namun berani mengambil keputusan, dalam berlayar menggapai impian tak selamanya kita akan berkawan dukungan. Tatapan sinis meremehkan, kata-kata pedas merendahkan atau galak tawa mencemooh adalah gelombang besar dalam lautan cita-cita kita ia pasti datang, namun coba saksikan seorang laki-laki yang membangun bahtera itu, bahtera yang demikian benar itu ia bangun dengan penuh cinta dan ketekunan.

Kerja yang berselimut kesabaran, sabar dalam menitinya hingga rampung dan sempurna. Juga sabar dalam menjadi bahan ejekan dan tertawaan, tapi ia tetap bekerja.

Bahtera itu adalah juga bahagia dari masa depannya, masa yang belum tiba, masa yang belum datang berkunjung, hingga saat itu betul-betul hadir nyata segala upaya dan kerja kerasnya tak sia-sia, disinilah kita belajar tentang ketekunan dan kesabaran, belajar untuk meresapi kesadaran bahwa mimpi-mimpi kita, harapan-harapan kita tak hanya menjanjikan wajah paruh senyum serta dada yang lapang berbunga-bunga, biar saja.

Biar saja salju yang penuh pesona itu hadirnya ditanami dingin yang membekukan dan biar saja cita-cita kita sempurna menjadi nyata dengan membawa ceritanya.



Minggu, 07 Mei 2017

Menjadi Hujan



MENJADI HUJAN


Orang - orang dewasa itu aneh. Mereka bilang menyukai hujan, tapi selalu berlindung dibalik payung, berlindung dibawah atap. Bahkan beberapa dari mereka memaki karena hujan membuat baju mereka basah.

Mereka tidak benar-benar menyukai, hanya mulutnya saja, tindakannya tidak. Mereka hanya mencari sensasi atau sedang menjual romantisme. Nyatanya, mereka menyesali hujan yang tak kunjung reda, mendinginkan udara sekitar, dan membuat jemurannya tak kunjung kering.

Sayang cintanya hanya sebatas kata, sayang katanya hanya sebatas kalimat status di media sosialnya. Hanya menjadi foto untuk mendukung kesenduannya.

Aku rasa, kita tidak akan mengerti hujan kecuali menjadi hujan itu sendiri. Bagaimana bila sesekali kita mendengar kata orang bahwa mereka menyukai kita padahal dibelakang itu semua mereka tidak demikian.

Manusia banyak yang seperti itu. Manusia telah terlatih untuk berpura-pura di hadapan orang lain. Memanipulasi sikapnya dan menyaring kata-katanya menjadi manis. Meski tidak dalam hati dan pikiran.

Dan kita akan belajar menjadi hujan. Bahwa ia akan turun dan ia tidak peduli dengan banyak orang yang menyesali kehadirannya. Hujan akan tetap turun untuk ia yang membutuhkannya untuk orang-orang yang merindukan kedatangannya. Untuk tanaman dan hewan yang membutuhkannya.

Tidak perlu menghabiskan pikiran dan hati kita untuk memikirkan orang-orang yang tidak menyukai kita. Lebih baik kita curahkan hati dan pikiran kita untuk orang-orang yang menghargai keberadaan kita, untuk orang-orang yang mencintai kita dan menunggu kita.

Meski jumlahnya (mungkin) tidak banyak, tapi itu akan membuat hidupmu jauh lebih bahagia. Dan kamu tidak perlu bersusah payah untuk membuat hidupmu bahagia. Karena sungguh, akan selalu ada orang yang tidak menyukaimu. Dan kamu tidak perlu memikirkan yang demikian.

Hujan akan tetap turun meski ia dibenci, karena ia datang bukan untuk mereka. Ia datang untuk orang-orang yang merindukan dan mencintainya.

Hidup kita seperti demikian. Hari ini, aku akan menjadi hujan. Biar aku jatuh dihatimu dan kamu tidak bisa menghindarinya.


Kesedihan



KESEDIHAN

Dari separuh ruang hati yang sesak aku berteriak, memarahi keadaan yang menyebalkan bagiku, mungkin juga bagimu. Aku menahan sesak amarah di dada, hingga terasa senggal bagai berlari-lari tak henti henti menemukan ujung tujuan.

Memang semua itu hanya emosi, tapi inilah yang membuatku ingin menyeruak kembali dan menghajar dinding pemisah ini.

Bukan masalah segenggam emas "Bukan" hanya dimanakah rasa kepedulian itu, itu saja... Semua kini hanya jadi Monolog, karena tanpa disadari, selama ini kita tak ada dialog "Sedikitpun tak ada dialog".

Aku benci begini, aku yang terlalu tersudut, kini menguap sudah yang tersisa. Apa guna kedua tangan ini bertengadah memanjatkan harapan dan Doa bagi kita.

Tapi sudahlah Tuhan tak pernah menguji makhluknya melebihi kemampuannya. Biarlah semua menjadi pelajaran hidup, kini aku akan tetap menengadahkan kedua tangan yang lemah ini padamu. Berharap berikan cahaya yang lebih bersinar terang.

Karena dari situlah jalan terbaik akan terlihat jelas. Dimana kegagalan adalah isyarat darinya bahwa akan diberikan yang lebih baik lagi. Aku yakin semua ini adalah proses, proses penyeleksian alam dari yang kuasa.

Sekarang sapu semua air mata yang sudah tertumpah, bangkit dari yang mencintai kita lebih dari apapun. "Keluarga tersayang". Mereka adalah sebaik-baiknya.

Mereka yang selalu mencurahkan rasa cinta padaku yang tak terbatas. Aku yakin dan percaya pada itu semua.

Esok



ESOK

Esok, ketika kekecewaan dan kesedihan hari ini membuat kita tersenyum. Tersenyum karena kita mengerti dan memahami mengapa kesedihan dan kekecewaan itu harus kita alami hari ini. Kita bersyukur bahwa apa yang terjadi hari ini mengantarkan kita kepada kebahagiaan yang hakiki.

Esok, ketika segala penolakan yang kita terima membuat kita tersenyum. Tersenyum karena kita menyadari bahwa penolakan itu membuat kita menemukan apa yang sejatinya untuk kita, kita menemukan ketulusan yang kita cari susah payah hari ini.

Esok, ketika segala pengorbanan kita membuat kita lega. Karena tidak ada yang sia-sia dari sebuah perjuangan dan kita menyadari bahwa apa yang sedang kita korbankan hari ini, entah itu waktu kita, tenaga kita, bahkan perasaan kita.

Esok, seluruhnya tergantikan dengan sesuatu yang tak terduga dan itu membuat kita merasa pengorbanan ini terasa sangat berharga.

Esok, ketika kita telah sampai pada jawaban dari pertanyaan-pertanyaan hidup kita hari ini. Menjadi apa nanti? Siapa pendamping hidup kita? Berapa anak kita? Kerja dimana? Tinggal dimana? dan segala pertanyaan yang membuat kita resah. Kita memahami bahwa keresahan itu membuat doa-doa kita lebih memiliki kekuatan, lebih tulus, dan lebih berserah.

Esok, apa yang terjadi dalam hidup kita hari ini. Akan kita pahami esok hari. Terus melangkah, meski melelahkan, meski menyita perasaan. Tujuan itu tidak akan kemana-kemana. Jangan berhenti, nanti tidak sampai. 


Sabtu, 06 Mei 2017

Harus Mengalami





HARUS MENGALAMI


Hati kita kadang harus terluka. Agar kita tahu bagaimana rasanya dikhianati. Agar kita tidak mengkhianati. Hidup kita kadang harus hancur. Agar kita tahu bagaimana rasanya dicaci. Agar kita tidak ikut mencaci. Pikiran kita kadang harus jenuh. Agar kita tahu bagaimana rasanya dijauhi. Agar kita tidak menjauhi.

Seluruh cerita hidup kita kadang harus acak-acakkan, harus banyak lubang, terluka disana-sini. Agar kita tahu bagaimana rasanya dibenci, ditinggalkan, ditipu, diolok-olok, diasingkan bahkan dibiarkan. Agar kita tidak menjadi bagian dari orang-orang yang merusak cerita hidup orang lain.

Seluruh cinta kita kadang harus hancur berantakan. Agar kita tahu bagaimana rasanya khawatir, menunggu, ditunggu, diburu waktu, dikhianati, bertepuk sebelah tangan, berharap bahkan bersatu. Agar cinta kita menjadi lebih bijaksana, tidak gegabah dalam mengambil keputusannya.

Hidup kita kadang harus seperti itu. Hanya agar kita tahu bagaimana rasanya. Agar kita belajar dan menjadi lebih bijaksana.









Sepi

SEPI Setiap manusia adalah kekosongan, mereka saling mengisi satu sama lain. Sekalipun seseorang terlihat ceria dan berparas cerah di...